[] Bilik Menulisku: Relawan TIK dan Pelatihan Jurnalistik @ Kampung Sampireun

Kamis, 28 Desember 2017

Relawan TIK dan Pelatihan Jurnalistik @ Kampung Sampireun

 
"Sebutkan 3 hal yang tidak baik dilakukan dalam bermedia sosial!", ibu MC mengajukan pertanyaan keempat. 

Sontak, saya mengacungkan tangan, walaupun,

"Naon uy, jawabanna?", tanya saya ke kiri dan ke kanan. Saya asli nge-blank, ahahahaha!

Lalu, dengan percaya-tidak-percaya diri, saya pun maju untuk menjawab pertanyaan, didukung para Emak Blogger yang memberi sontekan, hihi!

"Menyebarkan berita hoax, menyebarkan hate speech, mem-bully."

Dan, hadiah setrikaan pun berpindah ke tangan saya! Yeay!

.......

Sebuah Acara di penghujung tahun

Malam itu, kami berkumpul di Aula sebuah resor atas permintaan Ibu Dirjen Diskominfo, untuk menutup hari dalam acara 2-hari-1-malam "Pelatihan Jurnalistik Pemula Bagi Relawan TIK Kota Bandung". Sungguh malam yang seru! Tidak hanya bandrek dan berbagai penganan kukusan yang menghangatkan perut di udara pegunungan yang dingin, tapi juga acara quiz yang bertabur hadiah, dan sepasang suami-istri penyanyi yang dihadirkan untuk membuat ramai suasana.

Pelatihannya sendiri dilaksanakan di siang hari, yang dibawakan dengan santai namun penuh pelajaran. Event yang diselenggarakan oleh pihak Diskominfo bekerja sama dengan Relawan TIK Bandung itu digelar di Kampung Sampireun Resor and Spa, di daerah Garut, Jawa Barat. Dihadiri oleh para Relawan TIK, beberapa ibu dan bapak dari Diskominfo beserta Dirjennya, anak-anak SMA 10 dan SMK Bahagia, serta kami -para Emak Blogger Bandung.


 Beryoga dan bermudra dalam dinginnya subuh....
photo taken by: Risky Nuraeni

Omong-omong, resor itu benar-benar 'tempat melipir' yang indah! Paviliun kami cukup luas untuk menampung sepuluh orang, dengan dua kamar tidur, dua kamar mandi, satu ruang tamu, dan sebuah teras dengan 'Lake View'. Di sana, tak henti-hentinya kami mengambil foto, mengobrol cantik, dan 'ngemil. Di pagi dan malam hari, saya juga sempatkan berMudra. Dengan suasana danau yang tenang, meditasi dan berMudra jadi tambah damai!

Baca juga: Kumpulan Artikel Tentang MUDRA

.......

Materi Pelatihan

Tidak hanya mensyukuri 'sweet escape' ke sebuah resor yang cantik, saya juga berterima kasih sekali pada pihak Diskominfo atas diselenggarakannya program ini. Sebagai pengguna media sosial, juga sebagai penulis yang kerap membuat postingan untuk dibaca publik, saya banyak belajar dari para pembicara di acara ini.
End year's sweet escape....

Ada dua pembicara yang datang untuk memberikan sekadar 'pencerahan' kepada kami, yaitu;

1. Bapak Maulana Yudima, tentang Etika Jurnalistik

Bapak Maulana mengingatkan kami tentang profesi Jurnalis:

"Wartawan, atau Jurnalis, atau Pewarta, adalah seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik, atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/dimuat di media massa secara teratur."

Sebagai profesional, jurnalis pun memiliki nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi, sesuai dengan profesinya. Nilai-nilai itu diterapkan sebagai suatu sistem, yang memuat tentang dasar-dasar mengenai hal yang benar dan yang salah. Namanya Etika Jurnalistik:
"Etika Jurnalistik adalah standar aturan perilaku dan moral, yang mengikat para Jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya."
Etika ini diterapkan dengan tujuan,
"Tidak hanya untuk memelihara dan menjaga standar kualitas pekerjaan si jurnalis bersangkutan, tapi juga untuk melindungi atau menghindarkan khalayak masyarakat dari kemungkinan dampak yang merugikan dari tindakan atau perilaku keliru dari si jurnalis bersangkutan."
Kode etik ini dirumuskan salah satunya oleh PWI, berdasarkan hasil kongresnya yang ke XXII, pada tanggal 27-29 Juli 2008 di Banda Aceh. Satunya yang penting adalah yang tertera dalam pasal 3 tentang Wartawan Indonesia:
"Wartawan Indonesia tidak beritikad buruk, tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) yang menyesatkan, memutar balikkan fakta, bohong, bersifat fitnah, cabul, sadis, dan sensasional."
Di sini, saya termangu, mengingat fenomena saat ini yang penuh dengan berita yang persis tersebut di atas. Hiks! Padahal pak Maulana juga mengingatkan, bahwa Jurnalis memiliki 9 elemen penting, seperti yang tertulis di buku "The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know, and The Public Should Expect" karangan dua wartawan Amerika Serikat bernama Bill Kovach dan Tom Rosenthiel. 

Yaitu bahwa Jurnalis haruslah disiplin memverifikasi informasi, karena mereka wajib mencari kebenaran dan loyal sebagai warga negara. Jurnalis juga harus obyektif dan independen dalam memberikan ruang bagi publik untuk saling kritik dan menemukan solusi. Selain itu, Jurnalis juga harus mampu membuat hal yang penting menjadi menarik untuk dibaca, serta relevan. Di mana tulisannya boleh memperdengarkan hati nurani personalnya, namun tetap dengan berita yang komprehensif dan berimbang. 

Sekali lagi, saya tertegun, menyadari bahwa seorang Jurnalis begitu memiliki peran dalam membentuk karakter bangsa, dan betapa Jurnalis saat ini sudah banyak yang lupa akan elemen-elemen tersebut. Apalagi, di zaman now ini, saat semua orang sudah secara otomatis menjadi Jurnalis. Dengan akun-akun media sosialnya, orang bisa dengan mudah berlaku sebagai Wartawan yang bisa menulis dan menyebarkan informasi untuk dikonsumsi khalayak. Seperti yang ditulis sebagai elemen Jurnalistik ke-10 berikut ini:
"Warga juga memiliki tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita."
Bagaimana tidak tertegun membayangkan semakin banyak orang yang bisa jadi lupa atau bahkan tidak tahu etika dan elemen-elemen Jurnalistik? Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tapi bahkan bisa menciptakannya sendiri. Misalnya dengan Blogging, Citizen Journalism, Community Journalism, dan berbagai media lainnya sehingga setia orang bebas memberi opini, menyebarkan berita, menuliskan ide, dan sebagainya. 

Saat ini, setiap kita adalah Jurnalis!


 Suasana Pelatihan

2. Bapak Ari Syahril, tentang Berita dan Rilis

Sejalan dengan pertanyaan yang berkembang di kepala saya, materi dari pak Ari sangat menjawab. Semestinya, sebagai pengguna media yang oleh karenanya secara tidak langsung saya adalah seorang Jurnalis, maka ada beberapa hal yang bisa saya lakukan untuk melakukan penulisan. Yaitu:

- Menggali Informasi melalui Reportase

Reportase adalah proses mencari, mengamati, serta mengolah informasi untuk disusun menjadi sebuah laporan.

Atau,

Kegiatan pengumpulan atau pelaporan fakta maupun opini dalam kegiatan Jurnalistik.

- Observasi

Yaitu kegiatan di mana Jurnalis terjun ke lapangan dengan mengamati, memfungsikan panca inderanya untuk mendeskripsikan suasana.

- Wawancara

Yang menurut Bingham dan Moore 1924:3 dalam Tubbs and Moss Buku Kedua, 200:40, adalah "Suatu Percakapan berdasarakan suatu Maksud." Tujuannya adalah untuk mengumpulkan fakta, data, dan pendapat dari narasumber.

- Paper Trail

Semacam pelacakan data yang diperoleh dengan cara riset, yaitu menggali Data Publik, Dokumentasi dan Kliping, Penggalian bahan secara Daring, dari Makalah atau Pidato, dan lain-lain.

- Menulis dan Mengedit dengan benar

Setelah melakukan satu-dua hal tersebut di atas, barulah seseorang dapat menuliskannya untuk dijadikan berita maupun rilis. Oya, salah satu dari banyak perbedaan antara berita dan rilis adalah, berita disajikan untuk publik, sedangkan rilis ditujukan kepada Jurnalis atau Media Massa sebagai materi tulisan.

Selain itu, menulis juga perlu editing, yang harus memperhatikan banyak hal seperti relevansi dengan visi, isu SARA, dan sebagainya. Juga harus (setidaknya untuk yang terdaftar sebagai media resmi) memperhatikan ejaan sesuai EBI, pemilihan diksi, tanda baca, dan lainnya.

.......

Yang Saya Pelajari

Dari keseluruhan bahan pembelajaran, sungguh saya mendapatkan banyak sekali masukkan. Sebagai Contributor Writer sebuah portal online, juga sebagai partisipan dalam kesehariannya dunia maya, saya semakin sadar bahwa tulisan saya penuh dengan tanggung jawab. 

Tidak hanya tanggung jawab kepada perusahaan tempat saya bekerja dan tentunya seluruh masyarakat yang membaca, tapi juga kepada Tuhan yang Maha Esa. Isi tulisan saya bisa jadi menginspirasi bagi sebagian orang, juga mengintimidasi bagi sebagian yang lain. 

Untuk itu semua, kelak jemari saya akan dimintai pertanggung jawaban. 

Oleh karena itu, semoga apa yang saya tuliskan sebagai bagian dari tugas Reportasi atas pelatihan ini dapat bermanfaat. Bisa menjadi pengingat atas kegiatan kita semua sebagai netizen, sebagai pemilik dari akun-akun media sosial yang berkeliling di dunia maya, sebagai pemilik dari tulisan-tulisan baik yang pendek maupun panjang yang bertanggung jawab. 

Menginspirasi atau mengintimidasi dengan cara menyebarkan berita hoax, menyebarkan hate speech, mem-bully, pilihannya ada di ujung-ujung jari kita :)

Terima kasih Diskominfo, Pak Maulana dan Pak Ari 
atas pelajarannya. Hatur nuhun Kampung Sampireun
atas liburan berkesan dan pemandangan indahnya!

2 komentar:

  1. Penting banget ilmunya, bisa diterapkan juga ke blogger.

    BalasHapus
  2. Asyik dapet setrikaan. Iya ilmunya nggak cuma untuk jurnalis aja ya tapi juga untuk blogger dan buzzer socmed. Sampaikan dg jujur walau dibayar :)

    BalasHapus