[] Bilik Menulisku: Berbagi Sedekah dan Berbagi Sehat

Selasa, 10 Desember 2013

Berbagi Sedekah dan Berbagi Sehat

Beberapa waktu lalu, kita semua sempat dikejutkan oleh berita 'Pengemis Kaya' yang memiliki Uang 25 Juta Rupiah. Meskipun heboh, tapi terus terang, saya tidak terlalu kaget lagi mendengar yang seperti itu. Dari dulu, sudah banyak cerita yang beredar, bahwa para pengemis yang identik dengan kemiskinan itu ternyata adalah orang berpunya.  Ya, berpunya. Punya uang banyak, bisa menabung dan menyekolahkan anak-anaknya sampai Perguruan Tinggi, punya tempat tinggal layak, punya sawah, punya sapi, punya ini-itu… Lalu, dimana miskinnya
   
Selain membaca beritanya di media cetak, dan mencermati pendapat-pendapat mengenainya di berbagai blog, saya juga melihat kisah Pak Walang, si Pengemis Kaya itu, yang ditayangkan secara live pada sebuah acara Talkshow di televisi. Untuk kasus itu, modus operandinya adalah untuk membiayai seorang teman yang sedang sakit parah. Berkilo-kilo dijalaninya sambil mendorong gerobak, dengan sang teman duduk diatasnya, meminta-minta belas kasihan orang. Padahal sebenarnya, Pak Walang itu hanya berusaha mengumpulkan tambahan uang untuk naik Haji....

Tunggu dulu... Naik Haji?? Sungguh, saya tidak akan menyalahkan niatan mulia seorang muslim untuk pergi ke Baitullah. Saya sendiri juga ingin sekali. Tapi, melihat cara Pak Walang dalam mengumpulkan 'tambahan uang' itu, sepertinya terasa ganjil, bukan? Rukun Islam ke-5 kan jelas-jelas mengatakan, bahwa yang diwajibkan pergi Haji itu adalah yang mampu. Saya bukan ingin menghakimi bahwa yang tidak mampu, dalam hal ini pengemis, tidak boleh berhaji, ya.. Tapi sepertinya, Allah menginginkan hambanya pergi kesana menggunakan uang yang insha Allah didapat dengan cara halal, dan dari pekerjaan yang dimuliakanNya. Dan meminta-minta bukan termasuk pekerjaan yang dimuliakan. Apalagi dilakoni oleh Pak Walang, seseorang yang masih dikarunia badan dan akal yang sehat.

Sedih, memang, melihat fenomena tersebut. Kok, kayaknya, kita 'diakali' ya? Dipermainkan rasa kasihannya, dijadikan bulan-bulanan sisi kemanusiaannya, demi 'membiayai' Ongkos Naik Haji seseorang yang begitu putus asanya (kalau tidak mau disebut malas) harus melunasi sisa down payment. Apakah dengan terbongkarnya kasus itu, Allah ingin agar lain kali, para penderma bisa lebih berhati-hati lagi dalam mengamalkan hartanya? Mungkin sudah terlalu besar nilai yang disumbangkan kepada para fakir di jalanan, sehingga tanpa sadar, uang yang sejatinya diikhlaskan sebagai ladang beramal, ternyata malah ‘melenakan’ si penerima. Siapa yang tahu? 

Selain Pak Walang, yang membuat saya lebih trenyuh adalah temannya yang renta, yang hanya bisa terbengong-bengong kebingungan. Saking tua dan sakitnya, beliau sampai tidak mengerti masalah yang sedang dihadapi. Ini menjadi satu alasan lain, mengapa sumbangan kita seharusnya disalurkan melalui lembaga-lembaga amal saja. Rakyat miskin biasanya tidak terlalu mengerti caranya berobat yang benar, bukan? Dan lembaga amal juga terdiri dari orang-orang yang ahli dalam bidang medis, yang bersinergi dalam menolong sesama, baik berupa bantuan fisik, maupun pelayanan kesehatan. Orang-orang seperti bapak renta tersebut pasti akan mendapat penanganan yang lebih profesional dan efektif.


Bapak itu tentu tidak akan menyangka, bahwa menjelang akhir hidupnya yang pernah sehat dan kuat, ia malah harus duduk di kursi roda, dengan berbagai macam penyakit, serta kesulitan dalam mendengar dan mengingat. Dan beliau adalah satu dari sekian banyak warga negara Indonesia yang terabaikan hak kesehatannya. Karena himpitan ekonomi, rakyat yang tak mampu akan cenderung mengindahkan rasa sakitnya, dan memilih memenuhi kebutuhan pangan. Siapa yang akan membeli obat, kalau perut sudah meililit karena lapar?

Saya senang sekali mengetahui bahwa saat ini, banyak sekali Panti Sosial, Yayasan Dhuafa, dan Lembaga Amal yang mengedepankan misi kebajikan dan menebarkan pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yang didirikan oleh Lembaga Non-Profit Dompet Dhuafa (DD). DD sendiri adalah sebuah lembaga sosial yang melayani kaum dhuafa secara paripurna, melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZIWAF - Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf), dan dana sosial perusahaan. Sedangkan LKC, sesuai dengan bidangnya, memberikan pelayanan kesehatan cuma-cuma alias gratis, kepada semua anggota masyarakat miskin yang telah mendaftarkan diri.

Seakan memberi harapan baru akan terciptanya masyarakat yang lebih sehat, LKC yang mulai menerima pasien dhuafa pada 17 Oktober 2011 itu semakin melebarkan sayapnya untuk membantu sesama. Lembaga sosial ini memiliki jargon yang amat menarik, yaitu "Sehat Milik Bersama". Menarik, karena menurut saya, baik orang miskin dan saudara-saudara yang berpunya, semua berhak memiliki kesehatan, seperti yang semula diberikan Allah, tanpa terkecuali. *Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang selalu memiliki hidup yang seimbang, antara menikmati segala anugrah kesehatan, cinta, dan rizkiNya, serta mensyukurinya dengan menjaga kesehatan, mengamalkan ilmu, dan bersedekah untuk berbagi kebahagiaan kepada sesama. Aamiin

Fa biayyi alaai’Rabbi kuma tukadzdzi ban ~ Maka, nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan? ~ Surah Ar Rahman


                                                   LKC - Layanan Kesehatan Cuma-cuma 

Berkantor pusat di kawasan Ciputat, Jakarta, LKC memiliki beberapa GeraiSehat di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, LKC juga memiliki Pos Sehat, baik di dalam maupun di luar Jakarta. Gerai dan Pos ini sangat welcome, dan bersedia melayani para pasien dengan tangan terbuka.

                                                           Salah satu acara di Pos Sehat

Semua ini dijalani sesuai dengan visi dan misinya untuk berbagi dengan sesama, seperti yang tertuang dalam Al Qur’an Surah Ar-Rumm :

”Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula ) kepada Fakir Miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”

Dalam menjalankan amanatnya, LKC memiliki berbagai macam program unggulan yang strategis, efektif, efisien, dan terukur. Program ini terbagi dalam dua macam, yaitu :

1. Pendekatan Pertama adalah Direct Program. Program ini bersifat langsung, dimana aksi yang dilakukan akan dirasakan seketika itu juga oleh penerima manfaat. Pendekatan ini menyasar langsung kepada pasien-pasien yang membutuhkan perawatan. Bentuk-bentuk program ini terdiri dari :  LKC Cabang (Gerai Sehat, TB Centre, dan Aksi Tanggap Bencana-SiGaB), Aksi Layanan Sehat (ALS), Khitanan Massal (KhitMas), Operasi Massal (OpMas), Pembiayaan Pasien, Pos Sehat, Pondok Keluarga dan MasyarakatSehat (PKMS), Penyuluhan Kesehatan, Medical Check Up, Bina Rohani Pasien (BRP), Layanan Ambulans dan Mobil Jenazah.

2. Pendekatan Kedua adalah Indirect Program, dimana LKC berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya kepada penerima manfaat melalui peningkatan soft skill. Disini, sasaran programnya adalah Sumber Daya manusia, serta Sarana dan Prasarana Kesehatan. Bentuk Program Tidak Langsung ini adalah : Program Pendidikan dan Pelatihan –Diklat ( Kader TB Dots, Pusat Informasi TB Masyarakat  -PITMas, Manajemen Laktasi, dan Peningkatan Kinerja Organisasi melalui Pembelajaran Organisasi –PKOPO), Program Konsultan Pendampingan Sarana Kesehatan, dan program Pembangunan Sarana Kesehatan

Selain meluncurkan program-program yang terarah, LKC juga menyatakan kepeduliannya terhadap berbagai hal, loh. Seperti mengadakan Seminar Thibbun Nabawi, Seminar Smart Parenting, Santri Sehat –Sunset, Senam Lansia, Gerakan Majid Sehat –Gemas, sampai pada Aksi Damai solidaritas terhadap Mesir, dan mengadakan berbagai Acara Road Show. 

                                                             Seminar Thibbun Nabawi

                                                               Santri Sehat - SunSet
    
                                                                      Smart Parenting

                                                          Gemas - Gerakan Masjid Sehat

                                                                     Senam Lanjut Usia

LKC juga mendokumentasikan beberapa testimonial dari para penerima bantuan, tidak lain untuk mengajak para rakyat yang membutuhkan, untuk mendaftarkan diri menjadi peserta yang bisa mendapatkan bantuan. 

                Ibu Lia dan suaminya (Bapak Suganda) mendapat bantuan dari Gerai LKC-Ciputat 

Sungguh, saya berharap, bahwa akan semakin banyak orang berpunya yang mensyukuri kelimpahan materinya dengan beramal. Dengan begitu, tentu akan sangat membantu saudara-saudaranya yang kurang beruntung dan butuh pertolongan. Saya juga berharap, agar lebih sering lagi diselenggarakan acara-acara sosialisasi kesehatan seperti yang dilakukan LKC. Event tersebut, selain akan turut membantu masyarakat agar lebih memahami pentingnya hidup sehat, juga akan membuat rakyat miskin yang sering merasa diabaikan, menjadi lebih diterima, terbuka dan terbantu dalam permasalahan medisnya.    

Melalui program Direct dan Indirect-nya, LKC-DD telah membantu pemerintah dalam memelihara rakyatnya yang dhuafa. Karena permasalahan kemiskinan dan kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab penyelenggara negara, tapi juga saudara-saudaranya yang lebih berada. Semoga, Dompet Dhuafa dan Layanan Kesehatan Cuma-cuma semakin jaya, dan selalu bergerak dan melangkah dalam ridho Allah SWT. Mengemban amanat menjadi perpanjangan tangan para donatur yang berhati mulia dalam mengumpulkan pahala. Membantu terciptanya rakyat tidak mampu yang bermoral tinggi dan bermental kuat dalam berikhtiar mencari nafkah, dan turut serta dalam mewujudkan kesehatan dari para dhuafa yang lebih berkualitas.  

Tak lupa berterimakasih pada Blog Detik, yang mengundang para penulis untuk mengungkapkan harapan mereka atas kesehatan di negara kita tercinta ini. Sehat Milik Bersama!

1 komentar:

  1. apakah bisa berbagi lewat seminar / pelatihan,jadi ana sering adain seminar tentang kesehatan nabi.apakah bisa disinergikan dengan acara ana.nanti teknisnya kita bisa saling komunikasi.cp 085710005446

    BalasHapus