[] Bilik Menulisku: Mengisi Liburan Sekolah, Learning and Playing @ the Library

Senin, 16 Desember 2013

Mengisi Liburan Sekolah, Learning and Playing @ the Library

    Learning and playing @ the Library

Dilema sekali deh, saya, kalo menjelang liburan panjang sekolah seperti ini. Biasa, ibu-ibu kan rempong banget ya, masalah duit, hehe. Sedangkan kalau anak-anak mau liburan, kok rasanya pengeluaran lebih hambur ya..? Padahal, jadwal-jadwal rekreasi mereka sudah diumumkan jauh-jauh hari, yaitu pada wiken dan tanggal merah. Tapi sebelum hari-H itu datang, duh, mereka tetaplah anak-anak yang banyak maunya… *persis ibunya dulu :D


Nah, seperti biasanya juga para ibu, saya pun harus pintar-pintar bersiasat, supaya anak-anak tidak rewel karena bosan berada di rumah –atau malah jadi tambah rajin bertengkar dengan kakak/adiknya-, sekaligus berhemat dan tetap ‘menyisipkan’ bahan pelajaran kepada mereka. Caranya?

Beberapa bulan lalu, di dekat rumah saya di seputaran Bandung Timur, sebuah perpustakaan besar selesai dibangun. Gedungnya keren, tidak ‘kuno’ seperti penilaian saya terhadap sebuah gedung yang berpenghuni buku-buku (ck ck ck, judgmental sekali saya, hee…). Berlapis kaca-kaca tebal berwarna hijau dan bergaya arsitek modern, gedung Perpustakaan itu justru mencolok. Apalagi disandingkan dengan gedung sebelahnya : Gedung Badan Pusat Arsip Daerah-Bapusipda, yang dari namanya juga sudah bikin ‘ngantuk (lagi-lagi sok menilai, maaf ya, hee...).

Setelah diresmikan, saya dan Kayla (putri pertama saya yang saat itu masih TK) segera mendaftar sebagai Anggota. Tidak perlu membayar administrasi dsb, hanya perlu membawa 4 buah pasfoto berukuran 2x3, untuk ditempel di empat buah kartu pinjam buku. Kartu pinjam buku itu nantinya akan disimpan pihak admin, dijadikan ‘bukti’ bahwa kita membawa (maksimal) empat buah buku ke rumah, dan dikembalikan lagi setelah kita memulangkannya. Member Card-nya sendiri berbahan plastik, mirip kartu ATM, jadi tidak mudah lecek/kusut dan cocok diselipkan dalam dompet J

And so, begitulah, sejak Kayla selesai UAS kemarin, saya jadi lebih sering mengajaknya ke perpustakaan, sambil menunggu wiken datang dan papanya mengajak jalan-jalan. Adiknya bagaimana? Raynor, putra bungsu saya yang berusia 2 tahun 10 bulan itu pun senang sekali dibawa ke perpusatakaan. Soalnya, ruang baca anak-anak ternyata ada perosotannya! Ya, diantara rak-rak buku, pada sebuah sisi, sebuah perosotan kecil tertempel didindingnya. Tidak terlalu curam, landainya cukup untuk membuat senang sekaligus aman untuk anak-anak batita. Tangga naiknya bersudut sekitar 30°, dengan sebuah rak buku dibawahnya, dan pegangan besi disampingnya.

                                                          Raynor sebelum main Perosotan

Perpustakaan yang konon katanya bertaraf internasional itu memiliki empat lantai. Lantai pertama adalah Lobby dengan sebuah meja informasi yang dilengkapi seperangkat komputer untuk mendata tamu (kita diizinkan untuk mengisi sendiri daftar pengunjung), dan Ruang Baca Anak-anak. Lantai kedua adalah Ruang Baca Remaja, Ruang Baca Dewasa, Ruang Diskusi dan Konsultasi. Berikutnya adalah Ruang Majalah/Koran dan Koleksi Digital, Ruang Administrasi & Pendaftaran. Kita mendaftar sekalian langsung dipotret di lantai tiga ini jika ingin menjadi anggota (catatan : seperti bikin SIM, hasil fotonya yang langsung dicetak ke kartu pasti jelek, hiks..). Kita juga membayar denda disini jika terlambat mengembalikan buku, 300 rupiah per harinya (ya, saya pernah telat balikin…). Lalu, lantai yang terakhir adalah Aula dan Ruang Tunggu VIP.

Sesuai dengan fungsi ruangan masing-masing, rak-rak bukunya disusun sedemikian rupa. Ya itu tadi, di Ruang Baca Anak dilengkapi dengan sebuah perosotan kecil, dan penataan yang lebih lapang, supaya tidak nampak membosankan. Dinding-dindingnya dihias dengan ‘lukisan bercerita’, tergambar panjang memenuhi tiap sisi, menampilkan beberapa dongeng rakyat, salah satunya adalah kisah Sangkuriang. Buku-buku tersusun rapi, lengkap mulai dari buku pengetahuan umum, pengetahuan agama, kisah cerita dari berbagai Negara, komik dan majalah, sampai buku bergambar untuk Toddler usia 2-3 tahun. Semua berdiri tegap sejangkauan tangan-tangan mungil, diatas hamparan karpet abu yang bersih terawat. Di ruang baca Remaja dan Dewasa, tentunya rak-rak bukunya lebih tinggi menjulang, dan dijajar lebih dinamis, serta tetap dilengkapi dengan kursi-kursi baca yang nyaman.

                                             Duduk-duduk di bangku empuk, sambil baca-baca

Di ruang Baca Anak, selain boleh santai-santai berlesehan (bahkan tidur-tiduran), beberapa sofa warna-warni dan meja bulat putih diletakkan di tengah ruangan. Cocok sekali untuk mendukung karakter anak yang tidak bisa diajak serius dalam membaca buku. Ruang ini dilengkapi juga oleh seperangkat TV layar datar besar dan DVD Player di salah satu pojok, loh, untuk memfasilitasi mereka yang ingin menonton film pengetahuan/pendidikan. Dan di sudut lain, terdapat sebuah ruangan luas yang berpanggung. Tidak terlalu tinggi siy, tapi suka dijadikan tempat untuk pentas menyanyi oleh kedua anak saya. Asal tidak terlalu ribut/mengganggu yang lain (atau keburu ditimpuk sendal…), sepertinya sah-sah saja menyanyi di Ruang Baca Anak ^_^   

                                                  Kayla, memilih buku di ruang menonton

Oh ya, setiap lantai menyediakan kursi warna hijau dan kuning untuk membaca atau ber-online-an di ruang terbukanya. Sungguh tidak akan membosankan, duduk-duduk menunggu di bangku-bangku empuk itu sambil melihat-lihat keluar. Kaca-kaca hijau transparannya menyajikan pemandangan kompleks Kawaluyaan dan sekitarnya, hingga jajaran pegunungan dikejauhan. Bandung banget deh pokoknya J

        Kay dan Ray, bermain-main di depan kaca hijau besar di lantai-2  

Diantara semua yang bagus-bagus diatas, ada satu yang bikin saya agak ‘komplen’, yaitu jam operasionalnya. Perpustakaan itu hanya buka dari mulai pukul 8 pagi sampai 3 sore saja. Padahal Perpustakaan Nasional di Jakarta buka sampai jam 4 sore, dan bahkan Perpustakaan di Negara lain ada yang tutupnya pukul 6 sore menjelang malam. Menurut saya, sebagai salah satu bagian dari lembaga Negara, yang memang sudah tugasnya melayani secara umum, sebaiknya memiliki jam operasional yang mendukung semua lapisan/usia masyarakat. Soalnya, suami saya suka ingin ikut kesana, tapi tentunya tidak memungkinkan karena sebagai karyawan, ia baru selesai kerja pada pukul 5 sore.

Saya juga sering bertanya-tanya, bagaimana caranya ya, anak-anak sekarang yang bersekolah hampir full time, dari pagi sampai jam 3-4 sore, bisa berkunjung kesana? Untungnya, Kayla masih kelas 1 (pulang sekolah jam 1 siang) dan Raynor belum bersekolah, jadi punya waktu yang pas untuk ikut membaca di perpustakaan. Seorang teman yang sedang meneruskan kuliahnya ke jenjang S2 pun ikut ber-irihati, mendengar cerita saya tentang perpustakaan mewah dekat rumah itu. Sebab, selain profesinya sebagai pegawai, ia juga adalah seorang mahasiswa yang amat sangat butuh tempat bacaan alternatif (selain perpus kampus) yang menunjang pendidikan dan thesis-nya nanti.
  
Well, eniwei baswei, saya senang sekali karena Perpustakaan Daerah Bandung ini dapat dijadikan tempat tongkrongan gratis, (kebetulan) dekat dengan rumah, dan pastinya punya peran positif untuk anak-anak. Selain sebagai hiburan, banyak membaca tentu membuat mereka semakin pintar dan berwawasan bukan? Soalnya, semakin dini anak-anak dikenalkan untuk membaca, akan semakin banyak pula manfaatnya bagi mereka kelak. Apalagi jika kita, orangtuanya sendiri, yang membiasakannya sejak kecil, sambil leyeh-leyeh di kasur menjelang tidur malam. Walaupun lupa sumbernya, saya pernah mendapat info, bahwa membacakan cerita untuk anak itu tingkat efektifitasnya sama dengan 10 hari belajar baca-tulis di sekolah, loh J

Berikut ini, sekalian saya kutip ‘khasiat’ dari membaca yaa…

12 Manfaat ‘Read a Story’ :

  1. Kemampuan berbahasa meningkat
  2. Kemampuan mendengar meningkat
  3. Kemampuan berkomunikasi verbal meningkat
  4. Kemampuan konseptual meningkat
  5. Kemampuan memecahkan masalah meningkat
  6. Daya imajinasi dan kreativitas bertambah
  7. EQ (Kecerdasan Emosional) naik
  8. Nilai moral bertambah
  9. Wawasan bertambah
  10. Pengetahuan ragam budaya bertambah
  11. Mendapatkan relaksasi jiwa dan raga
  12. Keakraban emosi antara orangtua dan anak meningkat
 Jadi, tunggu apalagi, yuk ditunggu di Perpustakaan Daerah, Jl. Kawaluyaan II no.4, Soekarno-Hatta, Bandung!

8 komentar:

  1. iri mak...kami tinggal di daerah banget, jd pas ada perpustakaan daerah yg diiklankan di radio, saya langsung kesana mendaftar...tempatnya cuma bekas kantor camat jadul....yg saya cari cuma buku statistik daerah, malah ga ada....kapan ya bisa perpusnya kayak yang di gambar itu....*gleknelenludah.

    BalasHapus
  2. perpustakaannya keren banget. Kotaku masih kalah jauh. Aku sering juga ke perpustakaan. Cuma sendirian soalnya belum punya anak kak.

    BalasHapus
  3. @ mak enci.. hiks, seharusnya perpustakaan yang bagus itu ada merata di setiap kota ya. kan menunjang sekali pendidikan.. kalo ke bandung kabarin ya, nanti diajakin tur kesana :)

    BalasHapus
  4. @ hp yitno : wah, senangnya rajin ke perpus. ayo minta pemda-nya untuk bikinin kotanya perpus yg keren ^_^

    BalasHapus
  5. Perpusnya bagus, di Pekanbaru Riau juga ada puswil Soeman HS yang bagus juga Mbak, anak saya juga sering saya ajak ke sana :)

    BalasHapus
  6. Iya senang ya, bawa anak2 ke perpus :)

    BalasHapus
  7. Ah, pengen banget ih ke sana, seruuu..apalagi aku suka baca :) Tapi jauh euy..

    BalasHapus
  8. Jauh tp worth it pisan, teh. Kadieu atuh kita kopdaran :)

    BalasHapus