When you have to start compromising yourself and your morals for the people
around you, it’s probably time to change the people around you ~ unknown
... and that is exactly what I did.
Saya dilema. Mau membantu seadanya, tapi pasti kurang. Tapi ya memang segitu adanya. Masa mau bantu orang dengan 'ngutang..? Jadi, ya udah aja kali ya. Cukup, syukur. Ngga cukup, ya wis. Toh yang penting udah ikhlas ngebantu...
Banyak dari kita, termasuk saya, yang begitu, bukan? Tidak, saya bukannya ingin menghakimi. Lah memang kalo ngebantu itu semampunya, ngga usah maksain. Sebesar biji zarah pun, asal ridho, pasti ada balasannya. Tapi kok, untuk yang satu ini, rasanya beda. Saya masygul, hanya dengan berhenti disitu...
"Boleh minta nomor teleponnya?"
"Boleh, Bu. Sini, saya yang teleponin."
Sungguh seorang pemuda yang cekatan, seorang pekerja frontliner yang siaga membantu tamunya.
"Ini, Bu, sudah tersambung."
Dan beberapa menit selanjutnya, di depan meja pendaftaran di rumah sakit lumayan besar itu, di hadapan banyak orang, saya tersedu-sedu. Berbicara panjang lebar dengan Iis, ibunya Adit. Saya segera mengakhiri pembicaraan, setelah berjanji untuk menghubunginya kembali sesudah mencari bantuan tambahan. Dan karena saya tidak punya tissue untuk menyusut mata dan hidung yang sama-sama banjir...
Adit dan neneknya, menunggu dokter di rumah sakit
Lalu, seperti quote diatas, saya mencoba berkompromisi dengan diri sendiri, dengan moral saya. Hasilnya?